Friday, January 19, 2007

Si Gadis Bemata Sipit

Aku tulis Jam 11.25 Tanggal 10 Dini Hari

Sosok gadis itu membuat jantungku berdegup. Dia cantik, rambutnya terurai, putih dengan leher meloncong. Matanya agak sipit mirip anak gadis keturunan cina. Aku mengenalnya dari kecil. Namanya Nindri. Awalnya tak pernah terbersit dihatiku untuk mencintainya. Cintaku sebenarnya ada pada Odhen, temannya yang super tomboy. Aku mendekatinya tidak lain untuk mendapatkan sahabatnya itu. Waktu itu, sebenarnya perasaanku pada Odhen, iya dia dipanggil odhen untuk memudahkan teman-temannya agar tak terlalu sulit menyebut raudlatul Jannah.

Lama sebelum aku jadian dengan gadis bermata sipit. Aku telah lebih dulu naksir sama odhen. Sewaktu dia masih sekolah di SPP, malam minggu aku kerap berkunjung tuk sekadar ngobrol barang sesaat. Aku kagum pada odhen. Rambutnya yang lurus pengen sekali ku belai. Dia memang berkulit agak gelap, tapi cantik dan tubuhnya langsing. Seksi dah.

Aku masih ingat, malam itu aku datang dengan sepeda motor pinjaman. “Assalamualikum! Ada odhen?” tanyaku pada temannya satu asrama. “odhen! Odhen ada temanmu!” teriak temannya itu memanggilanya. Sebentar ia keluar dengan kaos agak ketat yang membuat aku semakin kagum. “wah benar-benar cantik” fikirku. Baju biru langit yang ia pakai dengan celana pendek selutut membuatnya semakin mempesona malam itu. kami ngobrol diruang tamu asrama yang memang sedikit luas. Aku lihat jendela terbuka. Tidak ada yang mengganggu. Sorot matanya tajam makanya sulit sekali berhasil kutatap. Hanya sesekali aku mecuri ia lengah dan aku memandang paras yang demikian mempesona.

Odhen selamanya tak mengerti bahwa aku punya perasaan sama dia. Dia sekedar mengira aku suka pada temannya erna, dikampung dipanggil Su, iya su untuk memudahkan panggilan namanya yang panjang terurai. Erna susilawati.

Praktis setiap aku datang, selalu saja yang kami bicarakan su. Hampir tidak ada yang lain. Bahkan ia terkesan membuatku terpojok saat akan mengarahkan pembicaraan ke yang lain. Dia selalu mengarahkan aku untuk berbicara temannya itu. ah...waktupun berjalan cepat. Ketika saatnyapun ia lulus di SPP, dia pulang ke kampung, mulanya akan melanjutkan ke universitas namun kedua orang tuanya psimis dan tak memberi ijin. Iapun mengabdi di yayasan milik bapak sebagai guru MI disitu.

Tiap pulang kampung kami selalu bertemu. Ada rasa yang masih juga tersimpan. Tapi tak sanggup terungkapkan.

Ini cerita tentang Su teman odhen. Semula aku tak pernah berniat menjalin cinta dengannya. Namun seminggu setelah ia dinyatakan lulus di MTS di madrasahku, pak Aleh mengajak kami jalan-jalan liburan sekaligus happy-happy keliling pulau lombok. SU yang merasa bahagia dengan kelulusannya seperti tak menyangka akan ku tembak seperti juga aku tak menyangka hal itu bakal kulakukan dalam perjalanan happy-happy ini.

Seperjalanan, praksis aku memperhatikannya. “Cantik juga cewek ini, dulu aku masih melihat dia kecil banget, sekarang wah!” fikirku dalam perjalan menggunakan mobil pick up itu. sesekali aku curi pandang, diapun begitu. Aku ngerasa saat itu ada kontak batin dengannya. Tapi dia menyembunyikan dibalik tawa-tawa riangnya bersama teman-teman cewek.

Sesampai pantai syurga, aku mencoba menghampiri. Namun perasaan malu sedikit takut menghinggap dihatiku kalut. Apalagi dia seakan betul-betul menghindar dan kelihatannya ingin betul-betul menikamati liburnanya ini. Aku merokok aja dipantai dekat mobil. Sementara dia pergi menjauh bersama teman-temannya. “ah” desahku kecewa. Beberapa temanku sebenarnya sudah tahu jika aku sebenara nya ingin dekat dengan cewek bermata sipit itu. tapi mereka juga tidak berdaya, takut dikira gimana gitu.

Waktu dipantai syurga, berlalu begitu cepat dan kami naik mobil lagi. Perjalan kian mengasikkan ketika mulai memasuki lombok bagian utara. Mobil kami melaju kencang diantara tikungan dan jurang-jurang yang lumayan mengerikan. Di sebuah jurang yang agak terjal mobil bahkan semapat terbatuk, batuk kami takut sekali. Tapi sebagai laki-laki aku ingin tambil dalam nuansa yang cukup berani. Aku tak mau dileehkan mungkin itu fikiranku saat itu.

Kami masuk area wisata air terjun sembalun. Kami turun mobil, sedikit berbelanja dan turun tangga-tangga yang banyak sekali. Si mata sipit berjalan agak menjauh. Aku juga menghilangkan kegundahan dengan berjalan menjaga jarak. Tak lama kami sudah melihat sekelebat curahan air yang terjun menderas, putih dan terlihat indah sekali dibalik pohon-pohon.

Sampai juga kami dibawah. Setelah makan-makan. Anak-anak dan teman-teman semua mandi di air terjun. Mataku sibuk mencari si mata sipit. “kemana dia ya?”
Aku mencari-cari dan ketemu juga. Dia sama teman-temannya lagi mandi tapi tidak di air terjunnya yang besar. Di selokan air yang mengalir limpahan dari air terjun disana dia sambuil foto-foto. Aku sebenarnya ingin mandi tapi aku malu saat itu. ah tidak fikirku. Aku hanya nonton saja di batu pinggir selokan yang agak besar, sambil melihat si mata sipit bermain air dengan teman-temannya.

Aku melihat keindahan lagi, dengan baju ketat dan celana lefis yang dilipat dia mandi basah-basahan. Aku semakin kagum pada anak ini. Hingga aku memutuskan telah punya rasa yang tak bisa ditunda. Akupun berniat ngomong sama dia. Tapi perempuan ini teramat liar. Dia tidak pernah berani mendekat sejangkalpun dari aku. Dia selalu bersama teman-temannya.
Slepas acara mandi-madi, kamipun naik lagi. Kali ini lumayan melelahkan. Aku sengaja memperlambat jalan supaya aku bisa bersamanya, ya minimal menyapanya sekali saja” fikirku dalam hati. Tapi saat aku lebih pelan berjalan dia juga semakin pelan dibelakangku. Aku cepat dia juga cepat. Tiba-tiba dia menyalip aku. Setelah menelaip beberapa langkah seakan ngin mengundang perhatianku, dia memangil-manggil temannya yang masih dibelakang. Kesempatan lai aku melihat keindahan dan kecantikannya. Dia berhenti dan aku lewat saja di depannya, kelihatannya dia mau nunggu temannya supaya jalan bareng. Aku sengaja lagi memperlabat jalanku berharap dia lebih dekat sedikit saja dan aku dapat menyapanya.

Jnaidi temannya kubisiki supaya dia membiarkan si mata sipit jalan sendirian biar lebih banyak peluangku jalan sama dia. Junaidi pun mengabuli. Tapi yah...dia kelihatannya masih takut dan malu sama saya.

Sampai juga kami diatas. Dan kami naik mobil lagi. Ada yang dengan baju yang masih basah kuyup ada juga yang dengan sudah ganti dengan baju yang kering. Sengaja terakhir naik mobil, aku ingin supaya posisiku tepat dan tidak terlalu jauh darinya. Tapi toh belum bisa, saat aku minta duduk disampingya, malah dia segera menutup tempat itu bahkan hingga temannya ditarik-tarik. Kelihatannya takut banget.

Kami menyusuri jalan berliku-liku lagi. Tanpa ada sahut bicara yang lebih mengakrabkan kami. Lebih banyak diam. Hingga ke pantai senggigi. Diantai dengan pasir putihnay itu, aku coba menyapanya. Eits...minum kelapa dong! Ajakku dengan harapan ia mau bergabung. Tapi tak ayal iapun cuek sekedar lewat dan seperti tam memperdulikan aku. Aku hampir tak punya kesempatan. Karena senggigi adalah transit terakhir perjalann ini. Tapi ada sedikit waktu yang tersisa, sehingga aku membisiki sopir supaya berhenti di taman narmada sekedar sebnetar terus langsung pulang.

Di sini aku harus dapat pikirku. Ketika masuk sengaja aku bak pahlawan merelakan duitku dipinjam untuk membeli tikeyt masuk. Aku lihat dia berjalan sama teman ceweknya ke taman bagian atas. Aku ikuti dia. Aku berharap disana ada susana yang lebih terarah untuk aku dapat menyergapnya.

Tapi ayal lagi-lagi dia menghindar. Aku kebingunagan. Aku bialngs sama temanku. Eh tolong bilangin dong aku mau ngomong sama dia. Diapun dipangil-panggil tapi malah marah. Teman-temanku yang melihatku kasian dengan keadaan ini mengusahan kondisi supaya mendukung. Teman ceweknya segera daikarantina, dan diapun disuruh menemui aku yang sedang duduk di tepi kola dengan dihuni banyak ikan.

Aku masih ingat ada camilan krupuk. Aku tanpa peduli meremas-remas keupuk itu dan membuangnya ke air. Dan berharap ikan-ikan itu memakannya. Dia disampingku belum ngomong apa-apa.
Aku mulai pembicaraan.
“napa sih kamu menghindar terus? Takut ya”
“gak sih....cuman gak enak!
“kenapa gak enak?”
“gak tau”
“aku ingin bilang sesuatu sama kamu er”
Dia diam tampak menunggu kata-kataku berikutnya.
“sebenarnya dari dulu aku naksir samakamu, tapi sungguh aku takut mengungkapkannya, aku takut kamu nolak aku. Tapi sekarang aku ingin bilang sama kamu, karena aku gak mau menyesal tidak bilang ini sama kamu. Ya persoalan kamu nolak apa nerima itu terserah kamu yang penting aku sudah mengngkapkannya” aku terus berkata-kata sendiri dan dia hanya diam saja.
“gimana kamu nerima aku?” kataku.
“kan seide kan pacaranya masni?”
“hah...siapa yang bilang?, eh aku gak pernah pacaran sama dia, aku itu sering curhat sama dia, kalo kemaren-kemaren kamu liat aku sering bicara sama dia, itu aku curhatin kamu, kalo gak percaya tanya aja dia”
“tapi itu bilang temen-temen, side pacaran sama masni”
“gak bener sumpah!” pembiocaraan mulai mengalir.
Boleh kok kamu nanya ama dia, entar malem deh tanya dia” bilang aku menyakinkannya.
“ya sudah sayaterima side tapi kalo bener side pacaran sama masni kita putus”
“hah.....” aku bahagia banget. Aku sampai berjingkrak jingkrak kegirangan. Dan kamipun pulang dengan agak romantis dikit didukung teman-teman.[]

Ahir dari perjuangan..kacian deh elu! 2006

No comments: